Kamis, 26 Juni 2014

Persiapan Laktasi pada Kehamilan



PERSIAPAN KEBUTUHAN LAKTASI
PADA KEHAMILAN


Disusun Oleh :
Kelompok 1
Dina Kurnia Vera (13009)
Fitria Surya Admaja (13012)
Octavyani Lestari (13024)
Ovi Nurhayati (13025)
Rifa Ronita (13030)
Ristiana Laraswati (13032)
Santi Erdi (13033)
Susilawati (13037)




AKADEMI KEBIDANAN YASPEN TUGU IBU
Jl. Taruna Jaya No. 34A Bulak Sereh Cibubur Jakarta Timur
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya, kami sebagai tim penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul “Persiapan Kebutuhan Laktasi pada Kehamilan”, untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Askeb I. Selain itu juga, makalah ini diharapkan mampu menjadi sumber pembelajaran bagi kita semua untuk mengerti lebih jauh tentang persiapan laktasi pada ibu hamil.
Makalah ini dibuat dengan meninjau beberapa sumber dan menghimpunnya menjadi kesatuan yang sistematis. Terimakasih kami ucapkan kepada semua pihak yang menjadi sumber referensi bagi kami. Terimakasih juga kepada dosen pembimbing dan semua pihak yang terkait dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. Kami dari tim penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.


Jakarta, 07 Mei 2014
Tim Penyusun


DAFTAR ISI


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Laktasi atau menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini. Oleh karena itu ibu-ibu memerlukan bantuan agar proses menyusui lebih berhasil. Banyak alasan yang dikemukakan oleh ibu-ibu yang tidak menyusui bayinya antara lain ibu tidak memproduksi cukup ASI atau bayinya tidak mau menghisap. Seseungguhnya hal ini tidak disebabkan karena ibu tidak memproduksi ASI yang cukup, melainkan karena ibu kurang percaya diri bahwa Asi-nya cukup untuk bayinya. Disamping itu cara-cara menyusui yang tidak baik dan tidak benar dapat menimbulkan gangguan pada putting susu ibu.
            Prinsip pemberian ASI adalah sedini mungkin dan Eksklusif. Bayi baru lahir harus mendapat ASI dalam jangka waktu satu jam setelah lahir. Seorang ibu dikodratkan untuk dapat memberikan air  susunya kepada bayi yang telah dilahirkannya, dimana kodrat ini merupakan suatu tugas yang mulia bagi Ibu itu sendiri demi keselamatan bayi dikemudian hari. Tetapi pada suatu proses kelahiran, terutama bagi yang baru pertama kali melahirkan, kadang air susu Ibu tidak atau susah untuk keluar sehingga bayi tersebut sementara diberikan susu botol yang akan mengakibatkan bayi terbiasa menghisap dot, sehingga dapat mengalami bingung putting saat mulai menyusui. Refleks pertama seorang bayi yang normal adalah mencari putting susu ibu dengan hisapan mulut bayi dan merupakan hal yang penting dalam proses produksi ASI. ASI eksklusif adalah pemberian ASI termasuk kolostrum tanpa tambahan apapun sejak bayi lahir. Dengan perkataan lain pemberian susu formula, air matang, air gula dan madu untuk bayi baru lahir tidak dibenarkan.
            Sejak abad ke-19 para pakar telah sepakat bahwa ASI lebih unggul daripada susu sapi atau bahan pengganti lainnya. Sayangnya perilaku menyusui bayi sendiri dianggap sebagian orang suatu tingkah laku tradisional, sehingga sedikit demi sedikit ditinggalkan. Hal tersebut dipengaruhi oleh kemajuan di negara-negara industri yang memperkenalkan susu buatan untuk bayi yang mempunyai manfaat sama dengan ASI, pemakaiannya lebih praktis, dengan promosi pemasaran yang gencar.
            Oleh sebab itu Menteri Kesehatan Republik Indonesia melalui peraturan Nomor: 450/MENKES/SKIV/2004 mengajak bangsa Indonesia melaksanakan pemberian hanya ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupan bayi dapat dilanjutkan sampai anak umur 2 tahun.
B.     Rumusan Masalah

1.      Konsep dasar Laktasi
2.      Mempersiapkan Laktasi bagi Ibu Hamil
3.      Penatalaksanaan Laktasi yang baik

C.    Tujuan

1.      Dapat memahami dan mengerti konsep dasar laktasi
2.      Dapat mengerti tentang persiapan laktasi bagi ibu hamil
3.      Mampu menerapkan prinsip laktasi yang baik dan benar


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Laktasi atau Menyusui
Laktasi atau menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu.
Bukti eksperimental menyimpulkan bahwa air susu ibu adalah gizi terbaik untuk bayi. Para pakar masih memperdebatkan seberapa lama periode menyusui yg paling baik dan seberapa jauh risiko penggunaan susu formula.
Seorang bayi dapat disusui oleh ibunya sendiri atau oleh wanita lain. ASI juga dapat diperah dan diberikan melalui alat menyusui lain seperti botol susu, cangkir, sendok, atau pipet. Susu formula juga tersedia untuk para ibu yang tidak bisa atau memilih untuk tidak menyusui, namun para ahli sepakat bahwa kualitas susu formula tidaklah sebaik ASI. Di banyak negara, pemberian susu formula terkait dengan tingkat kematian bayi akibat diare, tetapi apabila pembuatannya dilakukan dengan hati-hati menggunakan air bersih, pemberian susu formula cukup aman.
Pemerintah dan organisasi internasional sepakat untuk mempromosikan menyusui sebagai metode terbaik untuk pemberian gizi bayi setidaknya tahun pertama dan bahkan lebih lama lagi, antara lain WHO, Akademi Dokter Anak Amerika (American Academy of Pediatrics), dan Departemen Kesehatan.
B.     Stimulasi ASI sebagai Pengaruh Hormonal
Mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara:
  • Progesteron: memengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi secara besar-besaran.
  • Estrogen: menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar. Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui. Karena itu, sebaiknya ibu menyusui menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI.
  • Follicle stimulating hormone (FSH)
  • Luteinizing hormone (LH)
  • Prolaktin: berperan dalam membesarnya alveoli dalam kehamilan.
  • Oksitosin: mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let-down / milk ejection reflex.
  • Human placental lactogen (HPL): Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL, yang berperan dalam pertumbuhan payudara, puting, dan areola sebelum melahirkan.
Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI. Namun, ASI bisa juga diproduksi tanpa kehamilan (induced lactation).
C.    Periode Laktasi

Laktogenesis I

Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase Laktogenesis I. Saat itu payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron yang tinggi mencegah produksi ASI sebenarnya. Tetapi bukan merupakan masalah medis apabila ibu hamil mengeluarkan (bocor) kolostrum sebelum lahirnya bayi, dan hal ini juga bukan indikasi sedikit atau banyaknya produksi ASI sebenarnya nanti.

Laktogenesis II

Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat hormon progesteron, estrogen, dan HPL secara tiba-tiba, namun hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang dikenal dengan fase Laktogenesis II.
Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian mengindikasikan bahwa level prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah saat payudara terasa penuh.
Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga terdapat dalam proses ini, namun peran hormon tersebut belum diketahui. Penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa proses laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah melahirkan. Artinya, memang produksi ASI sebenarnya tidak langsung setelah melahirkan.
Kolostrum dikonsumsi bayi sebelum ASI sebenarnya. Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI sebenarnya, khususnya tinggi dalam level immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga mencegah alergi makanan. Dalam dua minggu pertama setelah melahirkan, kolostrum pelan pelan hilang dan tergantikan oleh ASI sebenarnya.

Laktogenesis III

Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Fase ini dinamakan Laktogenesis III.
Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI dengan banyak pula. Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara dikosongkan.
Produksi ASI yang rendah adalah akibat dari:
  • Kurang sering menyusui atau memerah payudara
  • Apabila bayi tidak bisa menghisap ASI secara efektif, antara lain akibat:
    • Struktur mulut dan rahang yang kurang baik
    • Teknik perlekatan yang salah
  • Kelainan endokrin ibu (jarang terjadi)
  • Jaringan payudara hipoplastik
  • Kelainan metabolisme atau pencernaan bayi, sehingga tidak dapat mencerna ASI
  • Kurangnya gizi ibu
Menyusui setiap dua-tiga jam akan menjaga produksi ASI tetap tinggi. Untuk wanita pada umumnya, menyusui atau memerah ASI delapan kali dalam 24 jam akan menjaga produksi ASI tetap tinggi pada masa-masa awal menyusui, khususnya empat bulan pertama. Bukanlah hal yang aneh apabila bayi yang baru lahir menyusui lebih sering dari itu, karena rata-ratanya adalah 10-12 kali menyusui tiap 24 jam, atau bahkan 18 kali. Menyusui on-demand adalah menyusui kapanpun bayi meminta (artinya akan lebih banyak dari rata-rata) adalah cara terbaik untuk menjaga produksi ASI tetap tinggi dan bayi tetap kenyang. Tetapi perlu diingat, bahwa sebaiknya menyusui dengan durasi yang cukup lama setiap kalinya dan tidak terlalu sebentar, sehingga bayi menerima asupan foremilk dan hindmilk secara seimbang.
D.    Refleks Turunnya Susu
Keluarnya hormon oksitosin menstimulasi turunnya susu (milk ejection / let-down reflex). Oksitosin menstimulasi otot di sekitar payudara untuk memeras ASI keluar. Para ibu mendeskripsikan sensasi turunnya susu dengan berbeda-beda, beberapa merasakan geli di payudara dan ada juga yang merasakan sakit sedikit, tetapi ada juga yang tidak merasakan apa-apa. Refleks turunnya susu tidak selalu konsisten khususnya pada masa-masa awal. Tetapi refleks ini bisa juga distimulasi dengan hanya memikirkan tentang bayi, atau mendengar suara bayi, sehingga terjadi kebocoran. Sering pula terjadi, payudara yang tidak menyusui bayi mengeluarkan ASI pada saat bayi menghisap payudara yang satunya lagi. Lama kelamaan, biasanya setelah dua minggu, refleks turunnya susu menjadi lebih stabil.
Refleks turunnya susu ini penting dalam menjaga kestabilan produksi ASI, tetapi dapat terhalangi apabila ibu mengalami stres. Oleh karena itu sebaiknya ibu tidak mengalami stres.
Refleks turunnya susu yang kurang baik adalah akibat dari puting lecet, terpisah dari bayi, pembedahan payudara sebelum melahirkan, atau kerusakan jaringan payudara. Apabila ibu mengalami kesulitan menyusui akibat kurangnya refleks ini, dapat dibantu dengan pemijatan payudara, penghangatan payudara dengan mandi air hangat, atau menyusui dalam situasi yang tenang.
E.     ASI Lebih Baik dari Susu Formula
ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam 4 – 6 bulan pertama kehidupan. Keunggulan ASI dibanding susu formula antara lain :
1.      ASI praktis, ekonomis, dan hygienis.
2.      Mengandung semua bahan/ zat gizi yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi.
3.      Dapat diberikan dimana saja dan kapan saja dalam keadaan segar, bebas bakteri dan suhu yang sesuai, tanpa penggunaan alat bantu.
4.      Bebas dari kesalahan dalam penyediaan / takaran.
5.      Problem kesulitan pemberian makanan pada bayi jauh lebih sedikit daripada bayi yang mendapat susu formula buatan.
6.      Mengandung imunoglobulin
7.      Mencegah terjadinya keadaan gizi salah.
Sedangkan menyusui bayi mempuyai keuntungan keuntungan sebagai berikut :
1.      Menyusui membantu menghentikan perdarahan setelah melahirkan.
2.      Menyusui berdasarkan permintaan membantu mencegah kehamilan.
3.      Menyusui baik secara kejiwaan atau psikologi bagi ibu dan bayi menimbulkan kedekatan secara emosional yang baik.
F.     Refleks-refleks Menyusui terhadap Ibu dan Bayi
Pada saat menyusui akan terjadi beberapa refleks pada ibu dan bayi yang penting pengaruhnya terhadap kelancaran menyusui. Refleks yang terjadi pada ibu yaitu rangsangan yang terjadi sewaktu bayi menghisap putting susu diantaranya:
1.      Refleks Prolaktin (rangsangan ke otak untuk mengeluarkan hormon prolaktin), hormon ini akan merangsang sel-sel kelenjar payudara untuk memproduksi ASI. Semakin sering bayi menghisap, semakin banyak prolaktin yang lepas, semakin banyak pula ASI yang diproduksi. Maka cara yang terbaik mendapatkan ASI dalam jumlah banyak adalah menyusui bayi sesering mungkin atau setidaknya menempelkan putting susu ibu pada mulut bayi untuk bisa dihisap bayinya.
2.      Refleks Oksitosin (rangsangan ke otak untuk mengeluarkan hormon oksitosin), hormon ini akan memacu sel-sel otot yang mengelilingi jaringan kelenjar susu dan salurannya untuk berkontraksi,  sehingga memeras air susu keluar menuju putting susu. Ibu perlu mewaspadai bahwa tekanan karena kontraksi otot ini kadang-kadang begitu kuat sehingga air susu keluar dari putting menyembur, ini bisa membuat bayi tersedak.
Refleks oksitosin dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, dan sensasi ibu. Biasanya perasaan ibu bisa merangsang pengeluaran ASI secara refleks, tetapi kadang-kadang juga menghambatnya. Perasaan yang bisa menghentikan refleks oksitosin misalnya, khawatir, sedih, atau takut akan sesuatu. Ibu kesakitan pada saat menyusui atau merasa malu. Refleks ini bisa muncul pada saat sang ibu mendengar bayinya menangis, melihat foto bayinya atau sedang teringat pada bayinya berada jauh. Manfaaat refleks oksitosin lainya adalah membantu lepasnya plasenta dari rahim ibu dan menghentikan perdarahan persalinan.
Refleks yang terjadi pada bayi diantaranya:
  • Rooting Refleks, bila bayi baru lahir disentuh pipinya, dia akan menoleh kearah sentuhan. Bila bibirnya dirangsang atau disentuh dia akan membuka mulut dan berusaha mencari putting untuk menyusu.
  • Sucking Refleks, atau refleks menghisap. Refleks ini terjadi bila ada sesuatu yang merangsang langit-langit dalam mulut bayi. Jika putting susu menyentuh langit-langit belakang mulut bayi terjadi refleks menghisap dan terjadi tekanan terhadap daerah aerola oleh gusi, lidah, serta langit-langit, sehingga isi sinus laktiferus (tempat penampungan ASI pada payudara) diperas keluar kedalam rongga mulut bayi.
  • Refleks Menelan, bila ada cairan didalam rongga mulut terjadi refleks menelan.
G.    Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Praktek Laktasi
Untuk mencapai keberhasilan menyusui, para ibu perlu mengetahui sedikit banyak pengetahuan tentang menyusui yang benar. Hal-hal berikut ini merupakan beberapa hal yang perlu di perhatikan setiap ibu demi kelancaran menyusui antara lain :
1.      Nutrisi ibu menyusui. Meskipun umumnya keadaan gizi pada ibu hanya akan mempengaruhi kuantitas dan bukan kualitas asinya, ibu menyusui sebaiknya tidak membatasi konsumsi makananya. Penurunan berat badan sesudah melahirkan sebaiknya tidak melebihi 0,5 kg/minggu.Pada bulan pertama menyusui, yaitu saat bayi hanya mendapatkan ASI saja (”exlusive breastfeeding period”), ibu membutuhkan tambahan kalori sebanyak 700 kkl/hari, pada 6 bulan berikutnya 500 kkal/hari dan pada tahun kedua 400 kkal/hari. Jumlah cairan yang dibutuhkan ibu menyusui dianjurkan minum 8 – 12 gelas perhari.
2.      Istirahat. Bila laktasi tidak berlangsung baik biasanya penyabab utamanya adalah kelelahan pada ibu. Oleh karena itu, istirahat dan tidur yang cukup merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi.
3.      Obat – obatan. Pemakaian obat – obatan dalam masa menyusui perlu mendapat perhatian, apakah mempunyai efek samping yang positif atau negatif terhadap laktasi. Contoh obat yang dapat mengurangi produksi ASI yaitu pil KB yang mengandung hormon estrogen.
4.      Posisi ibu-bayi yang benar saat menyusui. Dapat dicapai bila bayi tampak menyusui dengan benar, bayi menempel betul pada ibu mulut dan dagu bayi menempel betul pada payudara, mulut bayi membuka lebar, sebagian besar areola tertutup mulut bayi, bayi menghisap ASI pelan-pelan dengan kuat, puting susu ibu tidak terasa sakit dan puting terhadap lengan bayi berada pada satu garis lurus.
5.      Penilaian kecukupan ASI pada bayi. Bayi usia 0 – 4 bulan atau 6 bulan dapt dinilai cukup pemberian ASInya bila tercapai keadaan sebagai berikut:
ü  Berat badan lahir telah pulih kembali setelah bayi berusia 2 minggu
ü  Kenaikan berat badan dan tinggi badan sesuai dengan kurve pertumbuhan normal
ü  Bayi banyak ngompol sampai 6 kali atau lebih dalam sehari
ü  Tiap menyusui, bayi menyusu kuat (rakus).
ü  Payudara ibu terasa lunak setelah disusukan dibanding sebelumnya
6.      Diluar waktu menyusui. Jangan membiasakan bayi menggunakan dot atau kempeng. Berikan ASI dengan sendok bila ibu tidak dapat menyusui bayinya.
7.      Ibu bekerja. Selama cuti hendaknya ibu menyusui bayinya terus. Jangan juga membiasakan bayi menyusu dengan botol bila masa cuti telah habis dan ibu harus bekerja kembali.
8.      Pemberian makanan pendamping ASI. Makanan pendamping ASI hendaknya diberikan mulai usia bayi 4 – 6 bulan. Bila ibu bekerja sebaiknya makanan pendamping ASI diberikan pada jam kerja, sehingga ASI tetap diberikan setelah ibu berada di rumah.
9.      Penyapihan. Menghentikan pemberian ASI harus dilakukan secara bertahap dengan jalan meningkatkan frekuensi pemberian makanan anak dan menurunkan frekuensi pemberian ASI secara bertahap dalam kurun waktu 2 – 3 bulan.
10.  Klinik laktasi. Pusat pelayanan kesehatan ibu dan anak harus memiliki pelayanan yang dapat meyakinkan setiap ibu dalam masa menyusui bahwa ia selalu dapat berkonsultasi untuk setiap masalah laktasi yang dialaminy. Untuk itu perlu diadakan klinik laktasi atau tenaga terlatih untuk membantunya pada sarana pelayanan kesehatan yang terdekat.
11.  Kelompok pendukung ASI. Perlu dibina adanya kelompok pendukung ASI di lingkungan masyarakat, yang dapat merupakan sarana untuk mendukung ibu-ibu di lingkungan tersebut agar berhasil menyusui bayinya, dibantu oleh tenaga kesehatan yang ada di lingkungan tersebut. Melalui kelompok ini, ibu-ibu menyusui dapat mengadakan diskusi dan mendapat bantuan bila mengalami masalah dalam menyusui bayinya.
H.    Perawatan Payudara dalam Masa Laktasi
Demi keberhasilan menyusui, payudara memerlukan perawatan sejak dini secara teratur. Perawatan selama kehamilan bertujuan agar selama menyusui kelak produksi ASI cukup. Tidak terjadi kelainan pada payudara dan payudara tetap baik setelah menyusui.
Pada umumnya wanita dalam kehamilan 6-8 minggu akan mengalami pembesaran payudara, akan lebih padat, kenyal, kencang, sakit dan tampak jelas di permukaan kulit adanya gambaran pembuluh darah yang bertambah serta melebar.  Kelenjar Montgomery pada daerah areola tampak lebih nyata dan menonjol. Guna menunjang perkembangan payudara dalam kehamilan perlu dilakukan sbb:
1.    Pemakaian bra yang tepat, sebaiknya ibu hamil harus memakai bra yang tepat dan ukuran yang sesuai dapat menopang perkembangan payudara.
2.    Latihan otot-otot yang menopang payudara.
3.    Hygiene payudara
Kebersihan/hygiene payudara juga harus di perhatikan, khususnya daerah papila dan aerola. Pada saat mandi sebaiknya papila dan areola tidak di sabuni. Untuk menghindari keadan kering dan kaku akibat hilangnya lendir pelumas yang dihasilkan kelenjar Montgomery. Aerola dan papila yang kering akan memudahkan terjadinya lecet dan infeksi.
I.       Langkah-langkah Menyusui yang Baik dan Benar
Langkah-langkah menyusui yang baik dan benar meliputi hal-hal berikut :
1. Persiapan mental dan fisik ibu menyusui
Ibu yang akan menyusui harus dalam keadaan tenang. Bila perlu minum segelas air sebelum menyusui. Hindari menyusui dalam keadaan lapar dan haus. Sediakan tempat dengan peralatan yang diperlukan, seperti kursi dengan sandaran punggung dan sandaran tangan, bantal untuk menopang tangan yang menggendong bayi.
2. Hygiene personal ibu menyusui
Sebelum menggendong bayi untuk menyusui, tangan harus dicuci bersih. Sebelum menyusui, tekan daerah areola di antara telunjuk dan ibu jari sehingga keluar 2-3 tetes ASI, kemudian dioleskan ke seluruh puting dan areola. Cara menyusui yang terbaikadalah bila ibu melepaskan BH dari kedua payudara.
3. Menyusui bayi sesuai dengan permintaan bayi
Susukan bayi sesuai dengan kebutuhannya (”on demand“), jangan dijadwalkan. Biasanya kebutuhan terpenuhi dengan menyusui tiap 2-3 jam sekali. Setiap kali menyusui, lakukanlah pada kedua payudara kiri dan kanan secara bergantian, masing-masing sekitar 10 menit. Mulailah dengan payudara sisi terakhir yang disusui sebelumnya. Periksa ASI sampai payudara terasa kosong.
4. Setelah selesai menyusui, oleskan ASI lagi seperti awal menyusui tadi. Biarkan kering oleh udara sebelum kembali memakai bra. Langkah ini berguna untuk mencegah lecet.
5. Membuat bayi bersendawa setelah menyusui harus selalu dilakukan, untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak kembung dan muntah.
Bila terjadi keadaan lecet pada puting dan atau sekitarnya, sebaiknya ibu tetep menyusui dengan mendahului pada puting yang tidak lecet. Sebelum diisap, puting yang lecet dapat diolesi es untuk mengurangi rasa sakit. Yang lebih penting dari kejadian ini adalah mencari penyebab lecet tersebut yang tentunya harus dihindari.
Keadaan engorgement (payudara bengkak) yang sering terjadi pada payudara yang elastisitasnya kurang. Untuk mengatasinya, kompres payudara dengan handuk hangat kira-kira 4-5 menit, kemudian dilakukan masase dari tepi ke arah puting hingga ASI keluar. Setelah itu baru bayi disusukan. Jangan berhenti menyusui dalam keadaan ini.
J.      Posisi Menyusui yang Baik dan Benar
Agar bayi dapat mengisap ASI secara maksimal usahakan bayi tampak menyusui dengan tenang, bayi menempel betul pada ibu, mulut dan dagu bayi menempel betul pada payudara, mulut bayi membuka lebar, sebagian besar areola tertutup mulut bayi, bayi menghisap ASI pelan-pelan dengan kuat, puting susu ibu tidak terasa sakit dan puting terhadap lengan bayi berada pada satu garis lurus.
Menyusui bayi hendaknya memperhatikan beberapa masalah pada bayi, sebagai berikut:
·         Bayi tidak dapat menghisap
1.      Ibu harus memeras ASI. Memeras ASI harus dilakukan sebanyak (sesering) mungkin yaitu setiap kali memberi minum bayi (delapan kali sehari), hal ini ditujukan untuk menjaga pasokan ASI. Apabila hanya memeras satu atau dau kali sehari, pasokan ASI akan berkurang.
2.      ASI eksklusif harus diberikan pada bayi. Pemberian ASI bisa dilakukan dengan menggunakan cangkir (metode cup). Paling baik menggunakan cangkir yang sangat kecil atau kendi berujung. Bisa juga dengan pipet tetes atau sonde bila kondisi bayi mengharuskan. Botol dan dot tidak dianjurkan, oleh karena tidak merangsang bayi untuk bertindak aktif (mengisap).
3.      Penyimpanan ASI perah. Di udara terbuka / bebas :6-8 jam, bila masih kolostrum bisa sampai 12 jam. Di lemari es: 24 jam. Di lemari pendingin / beku: 6 bulan. ASI yang telah didinginkan tidak boleh direbus bila akan dipakai (unsur kekebalan akan menurun). ASI didiamkan beberapa saat di dalam suhu kamar, agar tidak terlalu dingin; atau dapat direndam di dalam wadah yang berisi air hangat.

·         Bayi melekat kurang kuat
1.      Anjurkan ibu untuk menyusui dengan cara yang benar :
2.      Atur posisi hingga kepala dan tubuh bayi lurus
3.      Atur tubuh bayi menghadap ibu hingga hidung bayi dekat dengan puting susu
4.      Dekatkan tubuh bayi hingga perut bayi menempel pada perut ibu
5.      Seluruh tubuh bayi disangga dengan kedua tangan ibu
·         Bayi menghisap kurang efektif
Apabila puting susu terlalu besar untuk BBLR kemungkinan bayi akan sulit untuk menetek dengan sempurna. Oleh karena itu perlu membantu bayi untuk mendapatkan posisi menetek yang tepat pada payudara sehingga dapat menghisap dengan optimal.
1.      Memasukkan puting susu ke mulut bayi dengan benar :
2.      Dekatkan bayi ke arah ibu, sentuhkan bibir bayi ke puting susu ibu.
3.      Secara reflek bayi membuka mulut
4.      Saat mulut bayi terbuka lebar, dekatkan bayi kemudian mulut bayi diatur sedemikian rupa sehingga sebagian besar areola payudara, terutama bagian bawah, masuk ke mulut bayi. Areola payudara di bagian atas mulut bayi terlihat lebih banyak dibanding dengan bagian areola yang ada di bawah mulut bayi.
5.      Amati apakah bayi melekat dan menetek dengan benar dan efektif. Jika belum, diulangi sekali lagi.
·         Apakah mendapat minuman lain selain ASI
Walaupun bayi mendapatkan minuman lain selain ASI, ibu dinasehatkan harus berupaya meneteki bayi sesering mungkin, kurangi pemberian lain selain ASI, serta gunakan cangkir yang sangat kecil ketika memberi minum.
K.    Menyusui pada Bayi Bermasalah
1.      Bayi Prematur atau Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Bayi berat lahir rendah atau prematur mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah, bayi harus disusui lebih sering sedikit demi sedikit, meski waktu menyusunya tidak lama. Mula-mula sentuhlah langit-langit bayi dengan ibu jari yang bersih untuk merangsang mengisap.
Jika bayi dirawat di rumah sakit, seringlah ibu mengunjungi, melihat, mengusap bayi dengan kasih sayang, jika mungkin disusukan langsung atau dipompa lalu di berikan mengunakan sendok atau cangkir.
2.      Pencegahan dari Hipotermia
Pada bayi lahir kecil/BBLR baik prematur atau cukup bulan mudah sekali kedinginan walaupun iklim panas. BBLR kedinginan akan menggunakan energi dari makanan untuk menghangatkan tubuhnya sehingga tidak cukup tersedia makanan untuk pertumbuhan. Salah satu cara yang baik adalah menidurkan bayi dengan ibu dalam selimut atau menggendong BBLR didalam pakaiannya diantara payudara. Metode ini disebut metode kanguru
3.      Bayi Kembar
Ibu bayi kembar di yakinan bahwa di sanggup menyusui bayinya, mula-mula ibu dapat menyusui sekaligus berdua. Bayi sebaiknya menyusu sekaligus. Susuilah bayi sesering mungkin selama waktu yang diinginkan oleh bayi, umumnya bayi menyusu kurang lebih 20 menit.
4.      Bayi Sumbing
Pendapat yang mengatakan bahwa bayi sumbing tidak dapat menyusu tidak benar. Bila bayi mengalami sumbing pada palatum molle bayi akan menyusu tanpa kesulitan.
1.      Posisi ibu duduk dengan vertikal /bayi tegak, untuk bayi palatoskizis sebaiknya posisi tidur sehingga putting akan jauh mencapai faring dengan demikian tidak terjadi aspirasi.
2.      Pegang putting susu dan areola mamma selagi menyusui, untuk membantu bayi mendapat ASI yang cukup .
3.      Ibu jari ibu dapat membantu sebagai penyumbat celah pada bibir bayi .
4.      Bila bayi menderita sumbing pada bibir dan langit-langit (labiopalatosziksis), ASI juga dapat dikeluarkan secara manual/pompa, sendok atau pipet, botol dengan dot yang panjang khusus ASI.

L.     Masalah-masalah dalam Menyusui
1.    Puting susu datar atau tenggelam
Puting susu yang normal akan menonjol, puting susu tenggelam tidak menonjol pada saat puting susu dicubit dengan ibu jari dan jari telunjuk. Puting susu yang tenggelam tidak selalu mengalami kesulitan dalam menyusui. Usaha-usaha yang dilakukan:
·           Usahakan puting menonjol keluar dengan cara manerik dengan tangan atau dengan menggunakan pompa puting susu.
·           Jika tetap tidak bisa usahakan agar disusui dengan sedikit penekanan pada bagian areola dengan jari sehingga membentuk dot ketika memasukkan putting susukedalam mulut bayi ,bila ASI penuh dapat diperas diberikan lewat sendok atau cangkir.
2.    Puting susu tidak lentur
Putting susu tidak lentur akan menyulitkan bayi untuk menyusu, awal kehamilan tidak lentur menjelang persalinan akan menjadi lentur.
3.    Putting susu lecet
Putting susu lecet karena disebabkan trauma pada putting susu, retak dan pembentukan celah-celah. Retak pada putting susu akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 48 jam. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
·      Kalau terasa nyeri atau lecet tidak terlalu berat masih dapat di berikan.
·      Apabila terdapat rasa nyeri hebat atau luka makin berat, putting susu di istirahatkan sampai denganmemungkinkan untuk menyusui.
·      Selama putting susu diistirahatkan,ASI tetap di keluarkan dengan tangan.
Untuk menghindari terjadinya putting susu lecet atau nyeri beberapa hal dibawah ini:
  • Setiap kali hendak menyusui dan sesudah menyusui putting susu diolesi dengan ASI
  • Jangan membersihkan putting susu dengan sabun, alkohol, krim, obat-obatan yang merangsang kulit/ putting susu
  • Lepaskan hisapan bayi dengan benaryaitu menekan dagu bayi atau memasukan jari kelingking ibu yang bersih ke dalam mulut bayi


BAB III
PENUTUP


DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Menyusui

Tidak ada komentar:

Posting Komentar