PERSIAPAN
KEBUTUHAN LAKTASI
PADA
KEHAMILAN
Disusun
Oleh :
Kelompok
1
Dina Kurnia Vera
(13009)
Fitria Surya
Admaja (13012)
Octavyani
Lestari (13024)
Ovi Nurhayati
(13025)
Rifa Ronita
(13030)
Ristiana
Laraswati (13032)
Santi Erdi
(13033)
Susilawati (13037)
AKADEMI
KEBIDANAN YASPEN TUGU IBU
Jl. Taruna Jaya No. 34A Bulak Sereh
Cibubur Jakarta Timur
2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya,
kami sebagai tim penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya
dan tepat pada waktunya.
Makalah ini
berjudul “Persiapan Kebutuhan Laktasi pada Kehamilan”, untuk memenuhi tugas
yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Askeb I. Selain itu juga,
makalah ini diharapkan mampu menjadi sumber pembelajaran bagi kita semua untuk
mengerti lebih jauh tentang persiapan laktasi pada ibu hamil.
Makalah ini
dibuat dengan meninjau beberapa sumber dan menghimpunnya menjadi kesatuan yang
sistematis. Terimakasih kami ucapkan kepada semua pihak yang menjadi sumber
referensi bagi kami. Terimakasih juga kepada dosen pembimbing dan semua pihak
yang terkait dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah
ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. Kami dari tim penyusun menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari bentuk penyusunan maupun
materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Jakarta, 07 Mei
2014
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Laktasi
atau menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak
berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini. Oleh karena itu
ibu-ibu memerlukan bantuan agar proses menyusui lebih berhasil. Banyak alasan
yang dikemukakan oleh ibu-ibu yang tidak menyusui bayinya antara lain ibu tidak
memproduksi cukup ASI atau bayinya tidak mau menghisap. Seseungguhnya hal ini
tidak disebabkan karena ibu tidak memproduksi ASI yang cukup, melainkan karena
ibu kurang percaya diri bahwa Asi-nya cukup untuk bayinya. Disamping itu
cara-cara menyusui yang tidak baik dan tidak benar dapat menimbulkan gangguan
pada putting susu ibu.
Prinsip pemberian ASI adalah sedini mungkin dan Eksklusif. Bayi baru lahir
harus mendapat ASI dalam jangka waktu satu jam setelah lahir. Seorang ibu
dikodratkan untuk dapat memberikan air susunya kepada bayi yang telah
dilahirkannya, dimana kodrat ini merupakan suatu tugas yang mulia bagi Ibu itu
sendiri demi keselamatan bayi dikemudian hari. Tetapi pada suatu proses
kelahiran, terutama bagi yang baru pertama kali melahirkan, kadang air susu Ibu
tidak atau susah untuk keluar sehingga bayi tersebut sementara diberikan susu
botol yang akan mengakibatkan bayi terbiasa menghisap dot, sehingga dapat
mengalami bingung putting saat mulai menyusui. Refleks pertama seorang bayi
yang normal adalah mencari putting susu ibu dengan hisapan mulut bayi dan merupakan
hal yang penting dalam proses produksi ASI. ASI eksklusif adalah pemberian ASI
termasuk kolostrum tanpa tambahan apapun sejak bayi lahir. Dengan perkataan
lain pemberian susu formula, air matang, air gula dan madu untuk bayi baru
lahir tidak dibenarkan.
Sejak abad ke-19 para pakar telah sepakat bahwa ASI lebih unggul daripada susu
sapi atau bahan pengganti lainnya. Sayangnya perilaku menyusui bayi sendiri
dianggap sebagian orang suatu tingkah laku tradisional, sehingga sedikit demi
sedikit ditinggalkan. Hal tersebut dipengaruhi oleh kemajuan di negara-negara
industri yang memperkenalkan susu buatan untuk bayi yang mempunyai manfaat sama
dengan ASI, pemakaiannya lebih praktis, dengan promosi pemasaran yang gencar.
Oleh sebab itu Menteri Kesehatan Republik Indonesia melalui peraturan Nomor:
450/MENKES/SKIV/2004 mengajak bangsa Indonesia melaksanakan pemberian hanya ASI
saja selama 6 bulan pertama kehidupan bayi dapat dilanjutkan sampai anak umur 2
tahun.
B.
Rumusan
Masalah
1. Konsep
dasar Laktasi
2. Mempersiapkan
Laktasi bagi Ibu Hamil
3. Penatalaksanaan
Laktasi yang baik
C.
Tujuan
1. Dapat
memahami dan mengerti konsep dasar laktasi
2. Dapat
mengerti tentang persiapan laktasi bagi ibu hamil
3. Mampu
menerapkan prinsip laktasi yang baik dan benar
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Laktasi
atau Menyusui
Laktasi
atau menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil
dengan air
susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi
menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu.
Bukti
eksperimental menyimpulkan bahwa air susu ibu adalah gizi terbaik untuk bayi.
Para pakar masih memperdebatkan seberapa lama periode menyusui yg paling baik
dan seberapa jauh risiko penggunaan susu formula.
Seorang bayi
dapat disusui oleh ibunya sendiri atau oleh wanita lain. ASI juga dapat diperah
dan diberikan melalui alat menyusui lain seperti botol susu, cangkir, sendok,
atau pipet. Susu formula juga tersedia
untuk para ibu yang tidak bisa atau memilih untuk tidak menyusui, namun para
ahli sepakat bahwa kualitas susu formula tidaklah sebaik ASI. Di
banyak negara, pemberian susu formula terkait dengan tingkat kematian bayi
akibat diare, tetapi apabila pembuatannya dilakukan dengan hati-hati
menggunakan air bersih, pemberian susu formula cukup aman.
Pemerintah
dan organisasi internasional sepakat untuk mempromosikan menyusui sebagai
metode terbaik untuk pemberian gizi bayi setidaknya tahun pertama dan bahkan
lebih lama lagi, antara lain WHO, Akademi Dokter
Anak Amerika (American Academy of Pediatrics), dan Departemen Kesehatan.
B. Stimulasi ASI sebagai Pengaruh
Hormonal
Mulai dari
bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon yang
menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara:
- Progesteron: memengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi secara besar-besaran.
- Estrogen: menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar. Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui. Karena itu, sebaiknya ibu menyusui menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI.
- Follicle stimulating hormone (FSH)
- Luteinizing hormone (LH)
- Prolaktin: berperan dalam membesarnya alveoli dalam kehamilan.
- Oksitosin: mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let-down / milk ejection reflex.
- Human placental lactogen (HPL): Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL, yang berperan dalam pertumbuhan payudara, puting, dan areola sebelum melahirkan.
Pada
bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI. Namun, ASI
bisa juga diproduksi
tanpa kehamilan (induced lactation).
C.
Periode
Laktasi
Laktogenesis I
Pada fase
terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase Laktogenesis I. Saat
itu payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang kekuningan. Pada
saat itu, tingkat progesteron yang tinggi mencegah produksi ASI sebenarnya.
Tetapi bukan merupakan masalah medis apabila ibu hamil mengeluarkan (bocor)
kolostrum sebelum lahirnya bayi, dan hal ini juga bukan indikasi sedikit atau
banyaknya produksi ASI sebenarnya nanti.
Laktogenesis II
Saat melahirkan, keluarnya plasenta
menyebabkan turunnya tingkat hormon progesteron, estrogen, dan HPL secara
tiba-tiba, namun hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi
ASI besar-besaran yang dikenal dengan fase Laktogenesis II.
Apabila
payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat, memuncak dalam
periode 45 menit, dan kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam
kemudian. Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk
memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian
mengindikasikan bahwa level prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi
ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level
prolaktin rendah saat payudara terasa penuh.
Hormon
lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga terdapat dalam proses
ini, namun peran hormon tersebut belum diketahui. Penanda biokimiawi
mengindikasikan bahwa proses laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah
melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru merasakan payudara penuh sekitar
50-73 jam (2-3 hari) setelah melahirkan. Artinya, memang produksi ASI
sebenarnya tidak langsung setelah melahirkan.
Kolostrum
dikonsumsi bayi sebelum ASI sebenarnya. Kolostrum mengandung sel darah putih
dan antibodi yang tinggi daripada ASI sebenarnya, khususnya tinggi dalam level immunoglobulin A (IgA),
yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki
bayi. IgA ini juga mencegah alergi makanan. Dalam dua minggu pertama setelah
melahirkan, kolostrum pelan pelan hilang dan tergantikan oleh ASI sebenarnya.
Laktogenesis III
Sistem kontrol hormon endokrin
mengatur produksi ASI selama kehamilan dan beberapa hari pertama setelah
melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Fase ini
dinamakan Laktogenesis III.
Pada tahap ini, apabila ASI
banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI dengan banyak pula.
Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh
juga akan meningkatkan taraf produksi ASI.
Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa
baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara dikosongkan.
Produksi ASI yang rendah adalah
akibat dari:
- Kurang sering menyusui atau memerah payudara
- Apabila bayi tidak bisa menghisap ASI secara efektif, antara lain akibat:
- Struktur mulut dan rahang yang kurang baik
- Teknik perlekatan yang salah
- Kelainan endokrin ibu (jarang terjadi)
- Jaringan payudara hipoplastik
- Kelainan metabolisme atau pencernaan bayi, sehingga tidak dapat mencerna ASI
- Kurangnya gizi ibu
Menyusui setiap dua-tiga jam
akan menjaga produksi ASI tetap tinggi. Untuk wanita pada umumnya, menyusui
atau memerah ASI delapan kali dalam 24 jam akan menjaga produksi ASI tetap
tinggi pada masa-masa awal menyusui, khususnya empat bulan pertama.
Bukanlah hal yang aneh apabila bayi yang baru lahir menyusui lebih sering dari
itu, karena rata-ratanya adalah 10-12 kali menyusui tiap 24 jam, atau bahkan 18
kali. Menyusui on-demand adalah menyusui kapanpun bayi meminta (artinya
akan lebih banyak dari rata-rata) adalah cara terbaik untuk menjaga produksi
ASI tetap tinggi dan bayi tetap kenyang. Tetapi perlu diingat, bahwa sebaiknya
menyusui dengan durasi yang cukup lama setiap kalinya dan tidak terlalu
sebentar, sehingga bayi menerima asupan foremilk dan hindmilk
secara seimbang.
D.
Refleks
Turunnya Susu
Keluarnya
hormon oksitosin
menstimulasi turunnya susu (milk ejection / let-down reflex).
Oksitosin menstimulasi otot di sekitar payudara untuk memeras ASI keluar. Para
ibu mendeskripsikan sensasi turunnya susu dengan berbeda-beda, beberapa
merasakan geli di payudara dan ada juga yang merasakan sakit sedikit, tetapi
ada juga yang tidak merasakan apa-apa. Refleks turunnya susu tidak selalu
konsisten khususnya pada masa-masa awal. Tetapi refleks ini bisa juga
distimulasi dengan hanya memikirkan tentang bayi, atau mendengar suara bayi, sehingga
terjadi kebocoran. Sering pula terjadi, payudara yang tidak menyusui bayi
mengeluarkan ASI pada saat bayi menghisap payudara yang satunya lagi. Lama
kelamaan, biasanya setelah dua minggu, refleks turunnya susu menjadi lebih
stabil.
Refleks
turunnya susu ini penting dalam menjaga kestabilan produksi ASI, tetapi dapat
terhalangi apabila ibu mengalami stres. Oleh karena itu sebaiknya ibu tidak
mengalami stres.
Refleks
turunnya susu yang kurang baik adalah akibat dari puting lecet, terpisah dari
bayi, pembedahan payudara sebelum melahirkan, atau kerusakan jaringan payudara.
Apabila ibu mengalami kesulitan menyusui akibat kurangnya refleks ini, dapat
dibantu dengan pemijatan payudara, penghangatan payudara dengan mandi air
hangat, atau menyusui dalam situasi yang tenang.
E.
ASI Lebih
Baik dari Susu Formula
ASI
mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam 4 – 6 bulan pertama
kehidupan. Keunggulan ASI dibanding susu formula antara lain :
1.
ASI praktis, ekonomis, dan hygienis.
2.
Mengandung semua bahan/ zat gizi yang diperlukan bagi
pertumbuhan dan perkembangan bayi.
3.
Dapat diberikan dimana saja dan kapan saja dalam
keadaan segar, bebas bakteri dan suhu yang sesuai, tanpa penggunaan alat bantu.
4.
Bebas dari kesalahan dalam penyediaan / takaran.
5.
Problem kesulitan pemberian makanan pada bayi jauh
lebih sedikit daripada bayi yang mendapat susu formula buatan.
6.
Mengandung imunoglobulin
7.
Mencegah terjadinya keadaan gizi salah.
Sedangkan
menyusui bayi mempuyai keuntungan keuntungan sebagai berikut :
1.
Menyusui membantu menghentikan perdarahan setelah
melahirkan.
2.
Menyusui berdasarkan permintaan membantu mencegah
kehamilan.
3.
Menyusui baik secara kejiwaan atau psikologi bagi ibu
dan bayi menimbulkan kedekatan secara emosional yang baik.
F.
Refleks-refleks
Menyusui terhadap Ibu dan Bayi
Pada saat
menyusui akan terjadi beberapa refleks pada ibu dan bayi yang penting
pengaruhnya terhadap kelancaran menyusui. Refleks yang terjadi pada ibu yaitu
rangsangan yang terjadi sewaktu bayi menghisap putting susu diantaranya:
1. Refleks
Prolaktin (rangsangan ke otak untuk mengeluarkan hormon prolaktin), hormon ini
akan merangsang sel-sel kelenjar payudara untuk memproduksi ASI. Semakin sering
bayi menghisap, semakin banyak prolaktin yang lepas, semakin banyak pula ASI
yang diproduksi. Maka cara yang terbaik mendapatkan ASI dalam jumlah banyak
adalah menyusui bayi sesering mungkin atau setidaknya menempelkan putting susu
ibu pada mulut bayi untuk bisa dihisap bayinya.
2. Refleks
Oksitosin (rangsangan ke otak untuk mengeluarkan hormon oksitosin), hormon ini
akan memacu sel-sel otot yang mengelilingi jaringan kelenjar susu dan salurannya
untuk berkontraksi, sehingga memeras air
susu keluar menuju putting susu. Ibu perlu mewaspadai bahwa tekanan karena
kontraksi otot ini kadang-kadang begitu kuat sehingga air susu keluar dari
putting menyembur, ini bisa membuat bayi tersedak.
Refleks
oksitosin dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, dan sensasi ibu. Biasanya
perasaan ibu bisa merangsang pengeluaran ASI secara refleks, tetapi
kadang-kadang juga menghambatnya. Perasaan yang bisa menghentikan refleks
oksitosin misalnya, khawatir, sedih, atau takut akan sesuatu. Ibu kesakitan
pada saat menyusui atau merasa malu. Refleks ini bisa muncul pada saat sang ibu
mendengar bayinya menangis, melihat foto bayinya atau sedang teringat pada
bayinya berada jauh. Manfaaat refleks oksitosin lainya adalah membantu lepasnya
plasenta dari rahim ibu dan menghentikan perdarahan persalinan.
Refleks yang terjadi pada bayi diantaranya:- Rooting Refleks, bila bayi baru lahir disentuh pipinya, dia akan menoleh kearah sentuhan. Bila bibirnya dirangsang atau disentuh dia akan membuka mulut dan berusaha mencari putting untuk menyusu.
- Sucking Refleks, atau refleks menghisap. Refleks ini terjadi bila ada sesuatu yang merangsang langit-langit dalam mulut bayi. Jika putting susu menyentuh langit-langit belakang mulut bayi terjadi refleks menghisap dan terjadi tekanan terhadap daerah aerola oleh gusi, lidah, serta langit-langit, sehingga isi sinus laktiferus (tempat penampungan ASI pada payudara) diperas keluar kedalam rongga mulut bayi.
- Refleks Menelan, bila ada cairan didalam rongga mulut terjadi refleks menelan.
G.
Hal-hal
yang Perlu Diperhatikan dalam Praktek Laktasi
Untuk
mencapai keberhasilan menyusui, para ibu perlu mengetahui sedikit banyak
pengetahuan tentang menyusui yang benar. Hal-hal berikut ini merupakan beberapa
hal yang perlu di perhatikan setiap ibu demi kelancaran menyusui antara lain :
1.
Nutrisi ibu menyusui. Meskipun umumnya
keadaan gizi pada ibu hanya akan mempengaruhi kuantitas dan bukan kualitas
asinya, ibu menyusui sebaiknya tidak membatasi konsumsi makananya. Penurunan
berat badan sesudah melahirkan sebaiknya tidak melebihi 0,5 kg/minggu.Pada bulan pertama menyusui, yaitu saat
bayi hanya mendapatkan ASI saja (”exlusive breastfeeding period”), ibu
membutuhkan tambahan kalori sebanyak 700 kkl/hari, pada 6 bulan berikutnya 500
kkal/hari dan pada tahun kedua 400 kkal/hari. Jumlah cairan yang dibutuhkan ibu
menyusui dianjurkan minum 8 – 12 gelas perhari.
2.
Istirahat. Bila laktasi tidak
berlangsung baik biasanya penyabab utamanya adalah kelelahan pada ibu. Oleh karena itu, istirahat dan tidur yang
cukup merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi.
3.
Obat – obatan. Pemakaian obat – obatan
dalam masa menyusui perlu mendapat perhatian, apakah mempunyai efek samping
yang positif atau negatif terhadap laktasi. Contoh obat yang dapat mengurangi
produksi ASI yaitu pil KB yang mengandung hormon estrogen.
4.
Posisi ibu-bayi yang benar saat menyusui.
Dapat dicapai bila bayi tampak menyusui dengan benar, bayi menempel betul pada
ibu mulut dan dagu bayi menempel betul pada payudara, mulut bayi membuka lebar,
sebagian besar areola tertutup mulut bayi, bayi menghisap ASI pelan-pelan
dengan kuat, puting susu ibu tidak terasa sakit dan puting terhadap lengan bayi
berada pada satu garis lurus.
5.
Penilaian kecukupan ASI pada bayi. Bayi
usia 0 – 4 bulan atau 6 bulan dapt dinilai cukup pemberian ASInya bila tercapai
keadaan sebagai berikut:
ü Berat
badan lahir telah pulih kembali setelah bayi berusia 2 minggu
ü Kenaikan
berat badan dan tinggi badan sesuai dengan kurve pertumbuhan normal
ü Bayi
banyak ngompol sampai 6 kali atau lebih dalam sehari
ü Tiap
menyusui, bayi menyusu kuat (rakus).
ü Payudara
ibu terasa lunak setelah disusukan dibanding sebelumnya
6.
Diluar waktu menyusui. Jangan
membiasakan bayi menggunakan dot atau kempeng. Berikan ASI dengan sendok bila
ibu tidak dapat menyusui bayinya.
7.
Ibu bekerja. Selama cuti hendaknya ibu
menyusui bayinya terus. Jangan juga membiasakan bayi menyusu dengan botol bila
masa cuti telah habis dan ibu harus bekerja kembali.
8.
Pemberian makanan pendamping ASI. Makanan
pendamping ASI hendaknya diberikan mulai usia bayi 4 – 6 bulan. Bila ibu
bekerja sebaiknya makanan pendamping ASI diberikan pada jam kerja, sehingga ASI
tetap diberikan setelah ibu berada di rumah.
9.
Penyapihan. Menghentikan pemberian ASI
harus dilakukan secara bertahap dengan jalan meningkatkan frekuensi pemberian
makanan anak dan menurunkan frekuensi pemberian ASI secara bertahap dalam kurun
waktu 2 – 3 bulan.
10. Klinik
laktasi. Pusat pelayanan kesehatan ibu dan anak harus memiliki
pelayanan yang dapat meyakinkan setiap ibu dalam masa menyusui bahwa ia selalu
dapat berkonsultasi untuk setiap masalah laktasi yang dialaminy. Untuk itu
perlu diadakan klinik laktasi atau tenaga terlatih untuk membantunya pada
sarana pelayanan kesehatan yang terdekat.
11. Kelompok
pendukung ASI. Perlu dibina adanya kelompok pendukung ASI di
lingkungan masyarakat, yang dapat merupakan sarana untuk mendukung ibu-ibu di
lingkungan tersebut agar berhasil menyusui bayinya, dibantu oleh tenaga
kesehatan yang ada di lingkungan tersebut. Melalui kelompok ini, ibu-ibu
menyusui dapat mengadakan diskusi dan mendapat bantuan bila mengalami masalah
dalam menyusui bayinya.
H.
Perawatan
Payudara dalam Masa Laktasi
Demi keberhasilan
menyusui, payudara memerlukan perawatan sejak dini secara teratur. Perawatan
selama kehamilan bertujuan agar selama menyusui kelak produksi ASI cukup. Tidak terjadi kelainan pada payudara dan
payudara tetap baik setelah menyusui.
Pada umumnya
wanita dalam kehamilan 6-8 minggu akan mengalami pembesaran payudara, akan
lebih padat, kenyal, kencang, sakit dan tampak jelas di permukaan kulit adanya
gambaran pembuluh darah yang bertambah serta melebar. Kelenjar Montgomery pada daerah areola tampak
lebih nyata dan menonjol. Guna menunjang perkembangan payudara dalam kehamilan
perlu dilakukan sbb:
1.
Pemakaian bra yang tepat, sebaiknya ibu hamil harus
memakai bra yang tepat dan ukuran yang sesuai dapat menopang perkembangan
payudara.
2.
Latihan otot-otot yang menopang payudara.
3.
Hygiene payudara
Kebersihan/hygiene
payudara juga harus di perhatikan, khususnya daerah papila dan aerola. Pada
saat mandi sebaiknya papila dan areola tidak di sabuni.
Untuk menghindari keadan kering dan kaku akibat hilangnya lendir pelumas
yang dihasilkan kelenjar Montgomery. Aerola dan papila yang kering akan
memudahkan terjadinya lecet dan infeksi.
I.
Langkah-langkah Menyusui yang Baik dan Benar
Langkah-langkah
menyusui yang baik dan benar meliputi hal-hal berikut :
1. Persiapan
mental dan fisik ibu menyusui
Ibu yang
akan menyusui harus dalam keadaan tenang. Bila perlu minum segelas air sebelum
menyusui. Hindari menyusui dalam keadaan lapar dan haus. Sediakan tempat dengan
peralatan yang diperlukan, seperti kursi dengan sandaran punggung dan sandaran
tangan, bantal untuk menopang tangan yang menggendong bayi.
2. Hygiene
personal ibu menyusui
Sebelum
menggendong bayi untuk menyusui, tangan harus dicuci bersih. Sebelum menyusui,
tekan daerah areola di antara telunjuk dan ibu jari sehingga keluar 2-3 tetes
ASI, kemudian dioleskan ke seluruh puting dan areola. Cara menyusui yang
terbaikadalah bila ibu melepaskan BH dari kedua payudara.
3. Menyusui
bayi sesuai dengan permintaan bayi
Susukan bayi
sesuai dengan kebutuhannya (”on demand“), jangan dijadwalkan. Biasanya
kebutuhan terpenuhi dengan menyusui tiap 2-3 jam sekali. Setiap kali menyusui,
lakukanlah pada kedua payudara kiri dan kanan secara bergantian, masing-masing
sekitar 10 menit. Mulailah dengan payudara sisi terakhir yang disusui sebelumnya.
Periksa ASI sampai payudara terasa kosong.
4. Setelah
selesai menyusui, oleskan ASI lagi seperti awal menyusui tadi. Biarkan kering
oleh udara sebelum kembali memakai bra. Langkah ini berguna untuk mencegah
lecet.
5. Membuat
bayi bersendawa setelah menyusui harus selalu dilakukan, untuk mengeluarkan
udara dari lambung supaya bayi tidak kembung dan muntah.
Bila terjadi
keadaan lecet pada puting dan atau sekitarnya, sebaiknya ibu tetep menyusui
dengan mendahului pada puting yang tidak lecet. Sebelum diisap, puting yang
lecet dapat diolesi es untuk mengurangi rasa sakit. Yang lebih penting dari
kejadian ini adalah mencari penyebab lecet tersebut yang tentunya harus
dihindari.
Keadaan
engorgement (payudara bengkak) yang sering terjadi pada payudara yang elastisitasnya
kurang. Untuk mengatasinya, kompres payudara dengan handuk hangat kira-kira 4-5
menit, kemudian dilakukan masase dari tepi ke arah puting hingga ASI keluar.
Setelah itu baru bayi disusukan. Jangan berhenti menyusui dalam keadaan ini.
J.
Posisi Menyusui
yang Baik dan Benar
Agar bayi
dapat mengisap ASI secara maksimal usahakan bayi tampak menyusui dengan tenang,
bayi menempel betul pada ibu, mulut dan dagu bayi menempel betul pada payudara,
mulut bayi membuka lebar, sebagian besar areola tertutup mulut bayi, bayi
menghisap ASI pelan-pelan dengan kuat, puting susu ibu tidak terasa sakit dan
puting terhadap lengan bayi berada pada satu garis lurus.
Menyusui
bayi hendaknya memperhatikan beberapa masalah pada bayi, sebagai berikut:
·
Bayi tidak dapat menghisap
1.
Ibu harus memeras ASI. Memeras ASI harus
dilakukan sebanyak (sesering) mungkin yaitu setiap kali memberi minum bayi
(delapan kali sehari), hal ini ditujukan untuk menjaga pasokan ASI. Apabila
hanya memeras satu atau dau kali sehari, pasokan ASI akan berkurang.
2.
ASI eksklusif harus diberikan pada bayi.
Pemberian ASI bisa dilakukan dengan menggunakan cangkir (metode cup). Paling
baik menggunakan cangkir yang sangat kecil atau kendi berujung. Bisa juga
dengan pipet tetes atau sonde bila kondisi bayi mengharuskan. Botol dan dot
tidak dianjurkan, oleh karena tidak merangsang bayi untuk bertindak aktif
(mengisap).
3.
Penyimpanan ASI perah. Di udara terbuka
/ bebas :6-8 jam, bila masih kolostrum bisa sampai 12 jam. Di lemari es: 24 jam.
Di lemari pendingin / beku: 6 bulan. ASI yang telah didinginkan tidak boleh
direbus bila akan dipakai (unsur kekebalan akan menurun). ASI didiamkan
beberapa saat di dalam suhu kamar, agar tidak terlalu dingin; atau dapat
direndam di dalam wadah yang berisi air hangat.
·
Bayi melekat kurang kuat
1.
Anjurkan ibu untuk menyusui dengan cara yang benar :
2.
Atur posisi hingga kepala dan tubuh bayi lurus
3.
Atur tubuh bayi menghadap ibu hingga hidung bayi dekat
dengan puting susu
4.
Dekatkan tubuh bayi hingga perut bayi menempel pada
perut ibu
5.
Seluruh tubuh bayi disangga dengan kedua tangan ibu
·
Bayi
menghisap kurang efektif
Apabila puting susu terlalu besar untuk BBLR kemungkinan bayi akan sulit
untuk menetek dengan sempurna. Oleh karena itu perlu membantu bayi untuk
mendapatkan posisi menetek yang tepat pada payudara sehingga dapat menghisap
dengan optimal.
1.
Memasukkan puting susu ke mulut bayi dengan benar :
2.
Dekatkan bayi ke arah ibu, sentuhkan bibir bayi ke
puting susu ibu.
3.
Secara reflek bayi membuka mulut
4.
Saat mulut bayi terbuka lebar, dekatkan bayi kemudian
mulut bayi diatur sedemikian rupa sehingga sebagian besar areola payudara,
terutama bagian bawah, masuk ke mulut bayi. Areola payudara di bagian atas
mulut bayi terlihat lebih banyak dibanding dengan bagian areola yang ada di
bawah mulut bayi.
5.
Amati apakah bayi melekat dan menetek dengan benar dan
efektif. Jika belum, diulangi sekali lagi.
·
Apakah
mendapat minuman lain selain ASI
Walaupun bayi mendapatkan minuman lain selain ASI, ibu dinasehatkan harus
berupaya meneteki bayi sesering mungkin, kurangi pemberian lain selain ASI,
serta gunakan cangkir yang sangat kecil ketika memberi minum.
K.
Menyusui pada Bayi Bermasalah
1.
Bayi Prematur atau Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Bayi berat
lahir rendah atau prematur mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya
masih lemah, bayi harus disusui lebih sering sedikit demi sedikit, meski waktu
menyusunya tidak lama. Mula-mula sentuhlah langit-langit bayi dengan ibu jari
yang bersih untuk merangsang mengisap.
Jika bayi
dirawat di rumah sakit, seringlah ibu mengunjungi, melihat, mengusap bayi
dengan kasih sayang, jika mungkin disusukan langsung atau dipompa lalu di
berikan mengunakan sendok atau cangkir.
2.
Pencegahan dari Hipotermia
Pada bayi
lahir kecil/BBLR baik prematur atau cukup bulan mudah sekali kedinginan
walaupun iklim panas. BBLR kedinginan akan menggunakan energi dari makanan
untuk menghangatkan tubuhnya sehingga tidak cukup tersedia makanan untuk pertumbuhan. Salah satu cara yang baik adalah
menidurkan bayi dengan ibu dalam selimut atau menggendong BBLR didalam
pakaiannya diantara payudara. Metode ini disebut metode kanguru
3.
Bayi Kembar
Ibu bayi
kembar di yakinan bahwa di sanggup menyusui bayinya, mula-mula ibu dapat
menyusui sekaligus berdua. Bayi sebaiknya
menyusu sekaligus. Susuilah bayi sesering mungkin selama waktu yang diinginkan
oleh bayi, umumnya bayi menyusu kurang lebih 20 menit.
4.
Bayi Sumbing
Pendapat yang
mengatakan bahwa bayi sumbing tidak dapat menyusu tidak benar. Bila bayi mengalami sumbing pada palatum
molle bayi akan menyusu tanpa kesulitan.
1. Posisi
ibu duduk dengan vertikal /bayi tegak, untuk bayi palatoskizis sebaiknya posisi
tidur sehingga putting akan jauh mencapai faring dengan demikian tidak terjadi
aspirasi.
2. Pegang
putting susu dan areola mamma selagi menyusui, untuk membantu bayi mendapat ASI
yang cukup .
3. Ibu
jari ibu dapat membantu sebagai penyumbat celah pada bibir bayi .
4. Bila
bayi menderita sumbing pada bibir dan langit-langit (labiopalatosziksis), ASI
juga dapat dikeluarkan secara manual/pompa, sendok atau pipet, botol dengan dot
yang panjang khusus ASI.
L.
Masalah-masalah dalam Menyusui
1.
Puting susu datar atau tenggelam
Puting susu
yang normal akan menonjol, puting susu tenggelam tidak menonjol pada saat
puting susu dicubit dengan ibu jari dan jari telunjuk. Puting susu yang tenggelam
tidak selalu mengalami kesulitan dalam menyusui. Usaha-usaha yang dilakukan:
·
Usahakan puting menonjol keluar dengan
cara manerik dengan tangan atau dengan menggunakan pompa puting susu.
·
Jika tetap tidak bisa usahakan agar
disusui dengan sedikit penekanan pada bagian areola dengan jari sehingga
membentuk dot ketika memasukkan putting susukedalam mulut bayi ,bila ASI penuh
dapat diperas diberikan lewat sendok atau cangkir.
2.
Puting susu tidak lentur
Putting susu
tidak lentur akan menyulitkan bayi untuk menyusu, awal kehamilan tidak lentur
menjelang persalinan akan menjadi lentur.
3. Putting
susu lecet
Putting susu
lecet karena disebabkan trauma pada putting susu, retak dan pembentukan
celah-celah. Retak pada putting susu akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu
48 jam. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
·
Kalau terasa nyeri atau lecet tidak
terlalu berat masih dapat di berikan.
·
Apabila terdapat rasa nyeri hebat atau
luka makin berat, putting susu di istirahatkan sampai denganmemungkinkan untuk
menyusui.
·
Selama putting susu diistirahatkan,ASI
tetap di keluarkan dengan tangan.
Untuk menghindari terjadinya putting susu lecet
atau nyeri beberapa hal dibawah ini:
- Setiap kali hendak menyusui dan sesudah menyusui putting susu diolesi dengan ASI
- Jangan membersihkan putting susu dengan sabun, alkohol, krim, obat-obatan yang merangsang kulit/ putting susu
- Lepaskan hisapan bayi dengan benaryaitu menekan dagu bayi atau memasukan jari kelingking ibu yang bersih ke dalam mulut bayi
BAB III
PENUTUP
DAFTAR
PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Menyusui
Tidak ada komentar:
Posting Komentar