Keterampilan Dasar Klinik 1
Eliminasi & Perkemihan
Dosen : Oktavirona SST,
Disusun oleh :
1. Dina Kurnia Vera
2. Fitria Surya A.
3. Indi Puspa Dewi
4. Indriyanti Nilam Sari
5. Julia Sarah M.
6. Ristiana Laraswati
7. Siti Aisyah
8. Suci Nilam Sari
AKADEMI KEBIDANAN YASPEN TUGU IBU
SEMESTER I ANGKATAN X
TAHUN AJARAN 2013/2014
J A K A R T A
BAB 1. PENDAHULUAN
A.
TUJUAN
1.
Mampu memahami
pengertian sistem eliminasi pada tubuh makhluk hidup
2.
Mengerti pentingnya
sistem eliminasi bagi tubuh
3.
Mengetahui
macam-macam gangguan pada sistem
eliminasi.
B.
LATAR
BELAKANG
Manusia merupakan
mahluk hidup yang paling komplek yang diciptakan tuhan YME. Sebagai mahluk hidup, tentunya manusia memerlukan makan
dan hasil dari proses makanan tersebut akan dikeluarkan sebagai zat-zat yang tidak lagi bermanfaat bagi tubuh manusia
itu sendiri. Proses
pengubahan dari makanan sampai menjadi sisa dinamakan proses pencernaan
yang dilakukan oleh organ percernaan di dalam tubuh manusia. Sedangkan
proses pengeluaran zat sisa tersebut dinamakan
eliminasi.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
ELIMINASI
Menurut kamus bahasa Indonesia, eliminasi adalah
pengeluaran, penghilangan, penyingkiran, penyisihan. Dalam bidang kesehatan, eliminasi adalah proses pembuangan sisa
metabolisme tubuh
baik berupa urin atau bowel (feses). Eliminasi dibutuhkan untuk mempertahankan homeostasis
tubuh. Eliminasi
pada manusia digolongkan
menjadi 2 macam, yaitu:

Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih
bila kandung kemih terisi. Miksi ini sering disebut buang air kecil.

Buang air besar atau defekasi adalah suatu
tindakan atau proses makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau
setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan.
A. ELIMINASI URINE/MIKSI
1. Organ yang berperan dalam eliminasi urine
Ø Ginjal
Kedudukan ginjal terletak dibagian
belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra
lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen. Bentuknya
seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnya ada 2 buah, kiri dan
kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan. Pada orang
dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki – laki lebih
panjang dari pada ginjal wanita.
Satuan struktural dan fungsional ginjal
yang terkecil disebut nefron. Tiap – tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler
dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh – pembuluh darah yaitu
glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen
tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus – tubulus, yaitu tubulus
kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung
Henle yang terdapat pada medula.
Kapsula Bowman terdiri atas lapisan
parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral (langsung membungkus kapiler
glomerulus) yang
bentuknya besar dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki)
atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah – celah antara
pedikel itu sangat teratur.
Kapsula bowman bersama glomerolus
disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar dari korpuskel renal
disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok –
belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi
tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam
berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus
kontortus distal.
§ Bagian – Bagian Ginjal
Bila sebuh ginjal kita iris
memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian
kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis
renalis).
1. Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian
yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat
penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler – kapiler darah yang tersusun
bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai
bowman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi. Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu
diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah
akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat – zat tersebut akan
menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bowman yang terdapat di dalam
sumsum ginjal.
2. Sumsum Ginjal (Medula)
Sumsum
ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal.
Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila
renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di
dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris
– garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus
koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna
renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan
dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan
hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai
proses.
3. Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
Pelvis
Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar.
Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau
tiga disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk beberapa
kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini
menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk
ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung
kemih (vesikula urinaria).
§ Fungsi Ginjal
ü Mengekskresikan
zat – zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogen, misalnya amonia.
ü Mengekskresikan
zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan berbahaya
(misalnya obat – obatan, bakteri dan zat warna).
ü Mengatur
keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
ü Mengatur
tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa.
§ Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal
Peredaran
Darah
Ginjal
mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria
renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria
interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada
di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan
glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai bowman,
didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan
simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.
Persyarafan
Ginjal
Ginjal
mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk
mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan
dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal)
terdapat di atas ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan
2(dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormon kortison.
§ Aktifitas Pembentukan Urin dalam Ginjal
Ultrafiltrasi
(penyaringan)
Proses
ini terjadi di glomelurus, dimana semua zat zat yang dapat menembus dinding
glomelurus yang bersifat semipermeabel untuk memasuki kapsula bowman. Zat-zat tersebut terdiri
dari : air, garam garam, glukosa, urea, asam urat dan kreatinin. Sedangkan zat
yang tak dapat masuk adalah sel darah, plasma dan protein. Proses ultrafiltrasi
dipengaruhi oleh volume darah, tekanan hidrostatis darah, tekanan osmotis
darah, dan tekanan di kapsula bowman.
Reabsorpsi
(penyerapan kembali)
Proses ini
dilakukan oleh tubulus kontortus proksimal, lengkung henle dan tubulus
kontortus distal.
A.
Reabsorpsi
air (H2O)
Diatur
oleh hormon dari hipofise posterior dan hipotalamus, reabsorpsi air 80 %
terjadi di tubulus kontortus proksimal, 15 % di tubulus kontortus distal, dan
5% lagi dikeluarkan sebagai urine. Reabsorpsi air ini diatur oleh hormon yang
dihasilkan di hipofise posterior dan hipotalamus pusat pengatur air. Aktivitas
hormon di ginjal adalah merangsang sel sel ditubuli dengan bantuan dari tekanan
osmotik air dengan garam terlarut.
B.
Reabsorpsi
Zat Zat Terlarut
Terjadi di tubulus kontorti proksimal
dengan cara selektif antara lain
:
Non elektrolit :
Glukosa dihisap seluruhnya dan Asam
amino semuanya dihisap kembali . Metabolit protein : urea, asam urat,
kreatinin hanya diserap sedikit.
Elektrolit
Natrium (Na+), kalium (K+),
Calsium (Ca+ +). Magnesium (Mg+ +), Chlorida (CL-),
Carbonat (HCO3-), Phospat (HPO4) dihiap
sebagian tergantung jumlah dalam plasma.
Sekresi
Selain
proses reabsorsi, ada beberapa zat yang di sekresi dari kapiler peritubular ke
dalam tubulus, yaitu :
ü PAH
(para amino hipurat)
ü Creatinin
ü Hidrogen
(H+)
ü Penisilin
ü Amoniak
(NH3)
ü Kalium
(K3)
Ø Ureter
Ureter
adalah suatu saluran moskuler berbentuk silider yang menghantarkan urine dari
ginjal menuju kandung kemih. Panjang ureter adalah sekitar 20 – 30 cm dengan
diameter maksimum sekitar 1,7 cm didekat kandung kemih dan berjalan dari hilus
ginjal menuju kandung kemih. Dinding ureter terdiri dari mukosa yang dilapisi
oleh sel – sel transisional, otot polossirkuler, dan longitudinal yang dapat
melakukan kontraksi guna mengeluarkan urine menuju kandung kemih.
Ø Kandung Kemih
Kandung
kemih merupakan sebuah kantong yang terdiri atas otot polos yang berfungsi
sebagai tempat penampungan air seni (urine). Di dalam kandung kemih, terdapat
lapisan jaringan otot yang memanjang ditengah dan melingkar disebut sebagai
detrusor, dan berfungsi untuk mengeluarkan urine. Pada dasar kandung kemih
terdapat lapisan tengah jaringan otot yang berbentuk lingkaran bagian dalam
atau disebut sebagai otot lingkaran yang berfungsi menjaga saluran antara
kandung kemih keluar tubuh.
Penyaluran
rangsangan ke kandung kemih dan rangsangan motoris ke otot lingkar bagian dalam
diatur oleh system saraf simpatis. Akibat dari rangsangan ini, otot lingkar
menjadi kendur dan terjadi kontraksi sphinoter bagian dalam sehingga urine
tetap tinggal di dalam kandung kemih. System para simpatis menyalurkan
rangsangan motoris kandung kemih dan rangsangan penghalang ke bagian dalam otot
lingkar. Rangsangan ini dapat menyebabkan terjadinya kontraksi otot detrusor
dan kendurnya shinoter.
Ø Uretra
Uretra
merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi untuk
menyalurkan urine ke bagian luar.
Pada laki-
laki uretra berjalan berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat kemudian menembus
lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagian penis, panjangnya
± 20 cm.
Uretra pada laki – laki terdiri dari :
Uretra pada laki – laki terdiri dari :
1. Uretra
Prostaria
2. Uretra membranosa
3. Uretra
kavernosa
Lapisan uretra laki – laki terdiri
dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan submukosa.
Uretra pada
wanita terletak dibelakang simfisis pubis, berjalan miring sedikit kearah atas,
panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika
muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena –
vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara uretra
pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra
di sini hanya sebagai saluran ekskresi.
Secara
normal, mikroorganisme tidak ada yang bisa melewati uretra bagian bawah, namun
membrane mukosa ini pada keadaan patologis yang terus – menerus akan
menjadikannya media baik untuk pertumbuhan beberapa patogen.
2.
Tahap-Tahap Pembentukan Urine
Ø Proses
filtrasi
Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena
permukaan aferent lebih besar dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan
darah, sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali
protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari
glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh
ginjal.
Ø Proses
reabsorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari
glukosa, sodium, klorida, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi
secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus
atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan
sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus
bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikenal dengan reabsorpsi
fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.
Ø Augmentasi
(Pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus
distal sampai tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi
penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis
renalis lalu di bawa ke ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika
urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan urine sementara.
Ketika kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.
Ø Mikturisi
Peristiwa penggabungan urine yang mengalir melui ureter ke dalam kandung kemih., keinginan untuk buang air kecil disebabkan penanbahan tekanan di dalam kandung kemih dimana sebelumnya telah ada 170 – 23 ml urine. Miktruisi merupakan gerak reflek yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat – pusat persyarafan yang lebih tinggi dari manusia, gerakannya oleh kontraksi otot abdominal yang menekan kandung kemih membantu mengosongkannya.
Peristiwa penggabungan urine yang mengalir melui ureter ke dalam kandung kemih., keinginan untuk buang air kecil disebabkan penanbahan tekanan di dalam kandung kemih dimana sebelumnya telah ada 170 – 23 ml urine. Miktruisi merupakan gerak reflek yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat – pusat persyarafan yang lebih tinggi dari manusia, gerakannya oleh kontraksi otot abdominal yang menekan kandung kemih membantu mengosongkannya.
3.
Sifat dan Komposisi Urin
Sifat-sifat Urine
·
Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500
cc tergantung dari masuknya (intake) cairan serta faktor lainnya.
·
Warna bening muda dan bila dibiarkan
akan menjadi keruh.
·
Warna kuning terantung dari
kepekatan, diet obat – obatan dan sebagainya.
·
Bau khas air kemih bila dibiarkan
terlalu lama maka akan berbau amoniak.
·
Baerat jenis 1.015 – 1.020.
·
Reaksi asam bila terlalu lama akan
menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan
protein memberi reaksi asam).
Komposisi Urine
·
Urine terdiri dari
kira – kira 95 % air
·
Zat – zat sisa nitrogen dari hasil
metabolisme protein asam urea, amoniak dan kreatinin
·
Elektrolit, natrium, kalsium, NH3,
bikarbonat, fosfat dan sulfat
·
Pigmen (bilirubin, urobilin)
·
Toksin
·
Hormon
4.
Mekanisme Eliminasi Urine/Miksi
Miksi merupakan proses
pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Vesika urinaria dapat menimbulkan
rangsangan saraf bila urinaria berisi ± 250 – 400 cc (pada orang dewasa)
dan 200 – 250 cc (pada anak – anak).
Mekanisme miksi
terjadi karena vesika urinaria berisi urine yang dapat menimbulkan rangsangan pada saraf – saraf di dinding vesika
urinaria. Kemudian rangsangan tersebut diteruskan melalui medulla spinalis ke
pusat pengontrol miksi yang terdapat di korteks serebral. Selanjutnya, otak
memberikan impuls melalui medula spinalis ke neuromotoris di daerah sakral, kemudian terjadi kontraksi otot detrusor dan relaksasi otot sphincter
internal. Urine dilepaskan dari vesika urinaria, tetapi masih tertahan oleh
spincter eksternal. Jika waktu dan tempat memungkinkan, akan menyebabkan
relaksasi spincter eksternal dan urine dikeluarkan (miksi).
5.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Miksi
Ø Jumlah air yang diminum. Semakin
banyak air yang diminum jumlah urin semakin
banyak. Apabila banyak air yang diminum, akibatnya penyerapan air ke dalam darah sedikit, sehingga pembuangan air jumlahnya lebih banyak dan air kencing akan terlihat bening dan encer. Sebaliknya apabila sedikit air yang diminum, akibatnya penyerapan air ke dalam darah akan banyak sehingga pembuangan air sedikit dan air kencing berwarna lebih kuning .
Ø
Jumlah garam yang dikeluarkan dari darah. Supaya tekanan osmotik tetap, semakin banyak
konsumsi garam maka pengeluaran urin semakin banyak.
Ø
Konsentrasi hormon insulin. Jika konsentrasi insulin rendah, orang akan
sering mengeluarkan urin. Kasus ini terjadi pada orang yang menderita kencing
manis.
Ø
Hormon antidiuretik (ADH). Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis
bagian belakang. Jika darah sedikit mengandung air, maka ADH akan banyak
disekresikan ke dalam ginjal, akibatnya penyerapan air meningkat
sehingga urin yang terjadi pekat dan jumlahnya sedikit. Sebaliknya, apabila
darah banyak mengandung air maka ADH yang disekresikan ke dalam ginjal
berkurang, akibatnya penyerapan air berkurang pula, sehingga urin yang terjadi akan encer dan jumlahnya
banyak.
Ø
Suhu lingkungan. Ketika suhu sekitar dingin, maka tubuh akan
berusaha untuk menjaga suhunya dengan mengurangi jumlah darah yang
mengalir ke kulit sehingga darah akan lebih banyak yang menuju organ tubuh,
di antaranya ginjal. Apabila darah yang menuju ginjal jumlahnya samakin banyak, maka pengeluaran
air kencing pun banyak.
Ø
Gejolak emosi dan stress. Jika seseorang mengalami stress, biasanya tekanan
darahnya akan meningkat
sehingga banyak darah yang menuju ginjal. Selain itu, pada saat orang
berada dalam kondisi emosi, maka kandung kemih akan berkontraksi. Dengan
demikian, maka timbulah hasrat ingin buang air kecil.
Ø Minuman
alkohol dan kafein. Alkohol
dapat menghambat pembentukan hormon antidiuretika. Seseorang yang
banyak minum alkohol dan kafein, maka jumlah air kencingnya akan meningkat.
6.
Gangguan pada Sistem Eliminasi
Sistem perkemihan atau biasa
juga disebut sistem urogenital adalah suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat
yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin
(air kemih).
Adapun susunan sistem perkemihan (sistem urinaria) di dalam tubuh manusia adalah ginjal, ureter, vesika urinaria, dan uretra. Dalam sistem perkemihan ini, bisa saja terjadi gangguan-gangguan. Terperinci, gangguan-gangguan tersebut adalah sebagai berikut.
INFEKSI SALURAN UROGENITALAdapun susunan sistem perkemihan (sistem urinaria) di dalam tubuh manusia adalah ginjal, ureter, vesika urinaria, dan uretra. Dalam sistem perkemihan ini, bisa saja terjadi gangguan-gangguan. Terperinci, gangguan-gangguan tersebut adalah sebagai berikut.
Infeksi saluran urogenital
umumnya disebabkan oleh bakteri Escherichia coli. Dapat pula disebabkan oleh
Proteus, Klebsiella, dan Staphylococcus terutama bila sedang terpasang kateter.
Pada saluran urogenital ini, dapat terjadi penyakit, seperti:
§ Sistitis
Sistitis adalah infeksi saluran kemih, yang lebih banyak menyerang wanita daripada pria, karena pada wanita muara uretra dan vagina dekat dengan daerah anal. Faktor resiko sistitis adalah bersetubuh, kehamilan, kandung kemih neurogenis, pemasangan kateter, keadaan-keadan obstruktif dan diabetes mellitus. Apabila berlanjut, akan menyebakan kuman-kuman naik dari kandung kemih ke pelvis ginjal, yang disebut dengan pielonefritis. Penderita sistitis akan merasakan keluhan seperti disuria (nyeri saat miksi), sering berkemih, merasa ingin berkemih terus, dan sakit di atas daerah suprapubis.
Sistitis adalah infeksi saluran kemih, yang lebih banyak menyerang wanita daripada pria, karena pada wanita muara uretra dan vagina dekat dengan daerah anal. Faktor resiko sistitis adalah bersetubuh, kehamilan, kandung kemih neurogenis, pemasangan kateter, keadaan-keadan obstruktif dan diabetes mellitus. Apabila berlanjut, akan menyebakan kuman-kuman naik dari kandung kemih ke pelvis ginjal, yang disebut dengan pielonefritis. Penderita sistitis akan merasakan keluhan seperti disuria (nyeri saat miksi), sering berkemih, merasa ingin berkemih terus, dan sakit di atas daerah suprapubis.
§ Pielonefritis
Pielonefritis adalah radang pelvis ginjal. Penyebab paling sering penyakit ini adalah kuman yang berasal dari kandung kemih yang menjalar naik ke pelvis ginjal. Pielonefritis ada yang akut dan ada yang menahun. Pielonefritis menahun ada dua tipe, yaitu Pielonefritis yang disebabkan oleh Refluks vesikouretral yang dapat menyebabkan infeksi papila senyawa perifer dan jaringan parut di kutub ginjal. Dan Pielonefritis yang disebabkan oleh Obstruksi saluran kemih yang menimbulkan tekanan tinggi aliran balik urine, yang menyebabkan infeksi semua papila, jaringan parut ginjal menyebar dan penipisan lapisan korteks ginjal.
Pielonefritis adalah radang pelvis ginjal. Penyebab paling sering penyakit ini adalah kuman yang berasal dari kandung kemih yang menjalar naik ke pelvis ginjal. Pielonefritis ada yang akut dan ada yang menahun. Pielonefritis menahun ada dua tipe, yaitu Pielonefritis yang disebabkan oleh Refluks vesikouretral yang dapat menyebabkan infeksi papila senyawa perifer dan jaringan parut di kutub ginjal. Dan Pielonefritis yang disebabkan oleh Obstruksi saluran kemih yang menimbulkan tekanan tinggi aliran balik urine, yang menyebabkan infeksi semua papila, jaringan parut ginjal menyebar dan penipisan lapisan korteks ginjal.
PENYAKIT GLOMERULAR
1.
Glomerulonefritis.
Glomerulonefritis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi di
nasofaring oleh Streptococcus β-hemolitik. Lebih sering menyerang anak-anak,
dengan gejala yaitu edema akut, oiguria, proteinuria, urine berwarna, dan biasa
disertai dengan hipertensi. Penyakit ini merupaka penyakit autoimun karena
terbentuk antibodi yang merusak membran basal gromerulus tubuh itu sendiri.
Penyakit ini dapat menyebabkan gagal ginjal.
2.
Sindrom Nefrotik
(nefrosis). Nefrosis dapat menyebabkan glomerulonefritis, gejala yang
dominan adalah albuminaria (>3,5 gram/hari). Hilangnya protein akibat
meningkatnya permeabilitas membran basal glomerulus. Akibatnya terjadi
hipoalbuminemia yang menyebabkan edema generalisata.
OBSTRUKSI
SALURAN KEMIH
Obstruksi saluran kemih
disebabkan oleh hipertrofi prostat, batu ginjal dan tumor ginjal. Gangguan
obstruktif dapat menyebabkan disfungsi ginjal berat yang meliputi hemoragi dan
gagal ginjal, bila tidak diatasi.
1. Hipertrofi Prostat. Penyebabnya diduga
ketidakseimbangan hormon kelamin pria dan wanita, yang terjadinya dengan
meningkatnya usia. Biasanya testosteron adalah androgen utama dalam darah dan
membentuk dua metabolit, yaitu: dihidrotestosteron dan β-estradiol. Estradiol
adalah steroid yang memiliki sifat-sifat estrogenik. Ia biasanya bekerja sama
dengan androgen, namun dapat bekerja independen dengan menimbulkan efek
berlawanan dengan androgen. Testosteron serta metabolitnya bekerja sama
menghasilkan hiperplasia prostat. Pada pria dia atas 60 tahun, testosteron
plasma menurun, namun hipertrofi prostat sudah dapat timbul 10-20 tahun sebelum
adanya penurunan kadar plasma itu.
GAGAL
GINJAL
Penyakit Gagal Ginjal adalah
suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya
tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit
tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan
kalium didalam darah atau produksi urine. Penyakit gagal ginjal ini dapat
menyerang siapa saja yang menderita penyakit serius atau terluka dimana hal itu
berdampak langsung pada ginjal itu sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering
dialami mereka yang berusia dewasa, terlebih pada kaum lanjut usia.
1.
Gagal Ginjal
Akut
Gagal ginjal akut adalah
sindrom klinis dimana fungsi ginjal yang menurun dengan cepat dalam beberapa
hari atau minggu sehingga ginjal tidak lagi mengekskresikan produk limbah
metabolisme, biasanya karena hipoperfusi ginjal. Laju filtrasi glomerulus yang
menurun dengan cepat menyebabkan azotemia (uremia) yaitu :
·
Peningkatan produk limbah nitrogen dalam darah
(kreatinin serum dan nitrogen urea darah/BUN (Blood Urea Nitrogen)
·
Oliguria
Gejala dan tanda-tanda
kliniknya, hipotensi, oligria, ketidakseimbangan elektrolit, anemia, azotemia (
peningkatan kreatinin, fosfat, dan urea dalam darah akibat pemecahan protein
otot dan ketidakmampuan mengekskresikan metabolit).
Beberapa masalah ginjal terjadi cepat, misalnya kecelakaan yang melukai ginjal. Kehilangan banyak darah dapat menyebabkan kegagalan ginjal secara tiba-tiba. Beberapa obat dan racun dapat menghentikan pekerjaan ginjal. Penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba ini disebut sebagai kegagalan ginjal akut (acute renal failure/ARF). ARF dapat mengakibatkan kehilangan fungsi ginjal secara permanen. Tetapi bila ginjal tidak dirusakkan secara berat, kegagalan ginjal ini mungkin pulih.
Beberapa masalah ginjal terjadi cepat, misalnya kecelakaan yang melukai ginjal. Kehilangan banyak darah dapat menyebabkan kegagalan ginjal secara tiba-tiba. Beberapa obat dan racun dapat menghentikan pekerjaan ginjal. Penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba ini disebut sebagai kegagalan ginjal akut (acute renal failure/ARF). ARF dapat mengakibatkan kehilangan fungsi ginjal secara permanen. Tetapi bila ginjal tidak dirusakkan secara berat, kegagalan ginjal ini mungkin pulih.
2.
Nekrosis
Tubular Akut
Penyebab
Nekrosis Tubular Akut (NTA) adalah iskemia dan nefrotoksin. Iskemia selama 25
menit atau kurang berakibat kerusakan ringan dan masih reversibel. Iskemia 2
jam menimbulkan kerusakan berat yang irreversibel. Nefrotoksik berupa
antibiotik (aminoglikosida, penisilin, sefalosporin, tetrasiklin, dan
sulfonamida), logam berat (sisplatin), agen radiokontras, toksin endogen
(mioglobin, hemoglobin).
3.
Gagal Ginjal
Kronik
Perjalanan
gagal ginjal kronik atau menahun meliputi tahap yang dimulai dengan penurunan
cadangan ginjal, selanjutnya terjadi insufisiensi ginjal, gagal ginjal, dan
terakhir uremia (tahap terakhir gagal ginjal). Keadaan irreversibel ditandai
dengan fungsi nefron yang berkurang. Kerusakan ginjal berlangsung progresif.
Perjalanan menuju uremia berlangsung berangsur untuk waktu yang cukup lama
(beberapa tahun). Jika ginjal tak dapat lagi mempertahankan keseimbangan cairan
dan elektrolit maka diperlukan dialisis (hemodialisis atau dialisis
peritoneal).
7.
Sistem
Perkemihan pada Ibu Hamil
Keluhan sering buang air kecil
merupakan keluhan yang sering terjadi pada awal kehamilan dan berulang lagi
pada akhir kehamilan. Hal ini disebabkan oleh perubahan anatomi dan merupakan
hal yang wajar selama kehamilan.
Perubahan Anatomis Perkemihan Pada
Ibu Hamil
§
Pada trimester I : Ukuran
uterus yang menyebabkan semakin besar mengakibatkan sering kencing
karena uterus menekan kandung
kemih.
§
Pada minggu ke 12 :
Uterus tidak
dapat muncul ke atas melampaui lengkung
sacrum pada saat vesica urinaria penuh→uterus
tergencet.
Terhadap
Circulus Visiosus (lingkaran setan) : uterus
hannya muncul ke atas kalau vesica urinaria kosong, tetapi VU terjepit
antara symphisis pubis dan uterus yg
membesar.
§
Pada trimester II : Akan
berkurang intensitas berkemih, karena uterus gravidus telah keluar dari rongga panggul sehingga uterus tidak terlau menekan kandung kemih.
§
Pada trimester III : Uterus yang
bertambah bersama dengan hyperemia yang
mempengaruhi organ-organ pelvis dan hyperplasia
otot dan jaringan penyambung, mengangkat
trigonum kandung kemih dan menyebabkan
penebalan margo posteriornya
atau intra
ureteri. Terjadi desensus kepala kedalam panggul sehingga
keluhan sering buang air kecil
terulang kembali.
Traktus urinarius
Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke PAP,
keluhan sering kencing dan timbul lagi karena kandung kencing mulai tertekan
kembali. Disamping itu, terdapat pula poliuri. Poliuri disebabkan oleh adanya
peningkatan sirkulasi darah diginjal pada kehamilan sehingga laju filtrasi
glomerulus juga meningkat sampai 69 %. Rearbsorpsi tubulus tidak berubah,
sehingga produk-produk ekskresi seperti
urea, uric acid, glukosa, asam amino, asam folik lebih banyak yang dikeluarkan.
Ureter membesar, tonus otot-otot saluran kemih menurun
akibat pengaruh estrogen dan progesterone. Kencing lebih sering (poliuria),
laju filtrasi meningkat sampai 60 %-150 %. Dinding saluran kemih dapat tertekan
oleh perbesaran uterus, menyebabkan hidroureter dan mungkin hidronefrosis
sementara. Kadar kreatinin, urea dan asam urat dalam darah mungkin menurun
namun hal ini dianggap normal.
B.
ELIMINASI ALVI/DEFEKASI
Eliminasi alvi adalah proses
pembuangan atau pengeluaran metabolisme berupa feses yang berasal dari saluran
pencernaan yang melalui anus. Manusia dapat melakukan buang air besar beberapa
kali dalam satu hari atau satu kali. Tetapi bahkan dapat mengalami gangguan
yaitu hingga hanya beberapa kali saja dalam satu minggu atau dapat berkali –
kali dalam satu hari, biasanya gangguan – gangguan tersebut diakibatkan oleh
gaya hidup yang tidak benar dan jika dibiarkan dapat menjadi maslah yang lebih
besar.
A. Organ yang Berperan dalam Eliminasi Alvi
1. Usus Halus
Usus halus atau usus kecil adalah
bagian dari saluran pencernaan yang terletak diantara lambung dan usus besar.
Bagian – bagian dari usus halus yaitu; duodenum (usus dua belas jari), jejunum
(usus kosong), ileum (usus penyerapan).
Duodenum (usus dua belas jari)
Usus dua belas jari adalah bagian
dari usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus
kosong dengan panjang antara 25 – 38 cm. bagian usus dua belas jari merupakan
bagian terpendek dari usus halus.
Jejunum (usus kosong)
Usus kosong adalah bagian kedua dari
usus halus, diantara usus dua belas jari dan usus penyerapan. Pada manusia
dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2 – 8 meter, 1 – 2 meter adalah
bagian usus kosong.
Ileum (usus penyerapan)
Usus penyerapan adalah bagian
terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia ini memiliki panjang
sekitar 2 – 4 meter dan terletak setelah duodenum dan jejunum dan dilanjutkan
oleh usus buntu.
2. Usus Besar
Usus besar adalah bagian
usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air
dan feses. Bagian – bagian dari usus besar yaitu; kolon, rektum, dan anus.
Kolon
Kolon adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum.
Rektum
Rektum adalah organ terakhir dari
usus besar. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan feses sementara.
Anus
Anus atau dubur adalah sebuah
bukaan dari rektum ke lingkungan luar tubuh.
Proses Pelaksanaan Eliminasi Alvi
B. Mekanisme Defekasi
Defekasi merupakan proses pengosongan usus yang sering
disebut buang air besar. Terdapat dua pusat yang menguasai reflex untuk
defekasi, yang terletak di medulla dan sumsum tulang
belakang. Apabila terjadi rangsangan parasimpatis, sphincter anus bagian dalam
akan mengendur dan usus besar menguncup. Refleks defekasi dirangsang untuk
buang air besar, kemudian sphincter anus bagian luar yang diawasi oleh sistem
saraf parasimpatis, setiap waktu menguncup atau mengendur. Selam defekasi
berbagai otot lain membantu proses itu, seperti
otot dinding perut, diafragma, dan otot – otot dasar pelvis.
Secara umum, terdapat dua macam refleks yang membantu
proses defekasi, yaitu refleks defekasi intrinsik dan refleks defekasi
parasimpatis. Refleks defekasi intrinsik dimulai dari adanya zat sisa makanan
(feses) di dalam rektum sehingga terjadi distensi kemudian flexus mesenterikus
merangsang gerakan peristaltik, dan akhirnya feses sampai di anus. Lalu pada
saat sphincter internal relaksasi, maka terjadilah proses defekasi. Sedangkan,
refleks defekasi parasintetis dimulai dari adanya proses dalam rektum yang
merangsang saraf rektum, ke spinal cord, dan merangsang ke kolon desenden,
kemudian ke sigmoid, lalu ke rektum dengan gerakan peristaltik dan akhirnya
terjadi relaksasi sphincter internal, maka terjadilah proses defekasi saat
sphincter internal berelaksasi. Feses terdiri atas sisa makanan seperti
selulosa yang tidak direncanakan dan zat makanan lainyang seluruhnya tidak
dipakai oleh tubuh, berbagai macam mikroorganisme, sekresi kelenjar usus,
pigmen empedu dan usus kecil.
C. Gangguan pada Sistem Eliminasi Alvi
§
Konstipasi
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami
atau beresiko tinggi mengalami statis usus besar sehingga mengalami eliminasi
yang jarang atau keras, serta tinja yang keluar terlalu kering dan
keras.
§
Diare
Diare merupakan keadaan individu yang mengalami atau
beresiko sering mengalami pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering
disertai kejang usus, mungkin ada rasa mual dan muntah.
§
Inkontinesia Usus
Inkontinesia usus merupakan keadaan individu yang
mengalami perubahan kebiasaan dari proses defekasi normal, sehingga mengalami
proses pengeluaran feses tidak disadari. Hal ini juga disebut sebagai
inkontinesia alvi yang merupakan hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol
pengeluaran feses dan gas melalui sphincter akibat kerusakan sphincter.
§
Kembung
Kembung merupakan keadaan penuh udara di dalam perut
karena pengumpulan gas berlebih di dalam lambung atau usus.
§
Hemorroid
Hemorrhoid merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena
di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat
disebabkan karena konstipasi, peregangan saat defekasi dan lain – lain.
§
Fecal Impaction
Fecal impaction merupakan massa feses karena
dilipatkan rektum yang diakibatkan oleh retensi dan akumulasi materi feses yang
berkepanjangan. Penyebab fecal impaction adalah asupan kurang, kurang
aktivitas, diet rendah serat, dan kelemahan tonus otot.
D. Faktor yang Mempengarhi Eliminasi Alvi
§ Usia
Setiap tahap perkembangan atau usia memiliki kemampuan
mengontrol proses defekasi yang berbeda.
§ Diet
Diet pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat
mempengaruhi proses defekasi. Makanan yang memiliki kandungan serat tinggi
dapat membantu proses percepatan defekasi dan jumlah yang dikonsumsi dapat
mempengaruhinya.
§ Asupan
Cairan
Pemasukan cairan yang kurang ke dalam tubuh membuat
defekasi menjadi keras. Oleh karena itu, proses absorpsi air yang kurang
menyebabkan kesulitan proses defekasi.
§ Aktivitas
Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena
melalui aktivitas tinus otot abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu
kelancaran proses defekasi.
§ Pengobatan
Pengobatan juga dapat mempengaruhi proses defekasi, seperti
penggunaan laksantif, atau antasida yang terlalu sering.
§ Kebiasaan
atau Gaya Hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat mempengaruhi proses
defekasi. Hal ini dapat terlihat pada seseorang yang memiliki gaya hidup sehat
atau terbiasa melakukan buang air besar di tempat bersih atau toilet, jika
seseorang terbiasa buang air besar di tempat yang kotor, maka ia akan mengalami
kesulitan dalam proses defekasi.
§ Penyakit
Beberapa penyakit dapat mempengaruhi
proses defekasi, biasanya penyakit – penyakit tersebut
berhubungan langsung dengan sistem pencernaan seperti gastroenteristis atau
penyakit infeksi lainnya.
§ Nyeri
Adanya nyeri dapat mempengaruhi kemampuan atau
keingian untuk defekasi seperti nyeri pada kasus hemorrhoid
atau episiotomy.
§ Kerusakan
Sensoris dan Motoris
Kerusakan pada sistem sensoris dan motoris dapat
mempengaruhi proses defekasi karena dapat menimbulkan proses penurunan
stimulasi sensoris dalam melakukan defekasi.
BAB 3. PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Sistem eliminasi adalah proses pembuangan sisa
metabolisme tubuh
baik berupa urin atau bowel (feses). Eliminasi
pada manusia digolongkan
menjadi 2 macam, yaitu: Eliminasi urine dan eliminasi Alvi.
Eliminasi urine disebut juga Miksi. Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.
Miksi ini sering
disebut buang air kecil. Anatomi tubuh manusia yang berfungsi dalam
eliminasi urine ini antara lain ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
Defekasi atau eliminasi alvi disebut juga buang air besar, yaitu suatu
tindakan atau proses makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau
setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar